Senin (31/07), KKN desa Pawangi dan Rukma Jaya, perangkat desa Mandor, Camat Capkala, Kabid KB DINKES Bengkayang, Puskesmas Capkala dan delegasi masyarakat |
Pawangi, Senin (31/07). Mahasiswa kuliah kerja nyata kebangsaan XI (KKNK) kelompok 8 Bengkayang ikut serta dan berkolaborasi dalam diskusi rutin program bulanan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kabupaten Bengkayang. Bersama jajaran perangkat desa Mandor, kepala kecamatan Capkala, kepala bidang keluarga berencana dinas kesehatan (KABID KB DINKES) kabupaten serta empat mahasiswa KKNK dari desa Rukma Jaya bernama Alfia, Torang, Nur Cholifah dan Andriana.
Dalam kegiatan yang bertajuk “Mini lokakarya percepatan penurunan stunting”, mahasiswa peserta KKNK ikut serta membahas dan saling bertukar pengalaman serta inovasi dalam menurunkan angka stunting, Senin (31/07).
Stunting memang sudah menjadi wacana lama, terlebih pada tahun 2045 Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program Indonesia Emas karena mendapatkan bonus demografi atau dalam bahasa lain yakni ledakan penduduk. Salah satu hal yang diterapkan yakni memulai langkah awal sejak anak berusia satu tahun pertama dengan menggunakan program ketat penurunan stunting, tak terkecuali di kecamatan Capkala.
“Terkait stunting kita jangan terlalu banyak omong saja, tetapi juga harus ada tindakan nyata. Kalau hal ini tidak ada tindak lanjut nanti bukan stunting yang turun tapi malah stuntingnya bisa bertambah”, ujar Edward Haris selaku Camat Capkala.
“Para perangkat desa juga harus datang agar maksimal dalam mengkawal kasus stunting”, imbuhnya.
Dari kiri Florentina Venny (Kades Mandor), Edward Haris (Camat Capkala), Slamet (Kabid KB DINSKES Bengkayang) |
Beberapa problem juga dibahas seperti halnya masyarakat yang ternyata tak semuanya memiliki kesadaran tentang stunting sehingga mereka enggan untuk membawa bayinya ke pos pelayanan terpadu (POSYANDU) setempat dengan banyak alasan seperti malu jika bayinya teridentifikasi stunting karena dianggap aib atau mungkin sibuk bekerja.
“Program penurunan stunting harus cerdas tepat sasaran dalam memberi pemahaman, salah satunya agar para ibu-ibu tidak malu membawa anaknya ke POSYANDU hanya karena ada kasus stunting karena sekalipun stunting itu terkadang dianggap sebagai aib bagi mereka, kita harus tetap memberikan pemahaman agar kasus ini setidaknya tidak berlanjut atau bertambah”, ucap Florentina Venny selaku kepala desa (KADES) Mandor.
“Ibu-ibu hamil juga harus kita himbau untuk datang ke POSYANDU”, tambahnya.
Dalam pelaksanaan sebenarnya program stunting ini juga masih memiliki beberapa elemen penunjang demi tercapainya program yang lebih baik.
“Diskusi di kecamatan sebenarnya hanya menambah progress sebesar 30% saja, selebihnya yaitu dapat ditunjang dari desa dan masyarakat setempat karena memiliki peran serta secara langsung dengan yang terdampak”, tutur Slamet selaku KABID KB DINKES kabupaten Bengkayang.
Beberapa hal lain juga dipaparkan oleh Nurlina selaku petugas pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) bagian pelayanan gizi.
“Seluruh bayi atau balita dalam data ini sebenarnya belum semuanya dapat didata, karena faktor orang tua yang kadang tidak mau membawa bayinya ke posyandu”.
“saya berharap kedepannya lebih banyak ibu-ibu membawa anaknya datang ke POSYANDU agar mendapatkan pelayanan dan informasi gizi yang lebih baik”.
Arma Sri Yunita, salah satu mahasiswi asal Palembang yang juga peserta KKNK kelompok 8 yang bertempat di desa Pawangi juga menjelaskan, “terkait agenda di POSYANDU mungkin kita bisa mengembangkan metode kreatif agar ibu-ibu mau berkumpul ke POSYANDU, sebagai salah satu contohnya yakni dengan memberikan bantuan makanan bergizi kepada bayinya ketika ibu-ibu berkumpul ke POSYANDU atau mungkin menyediakan mainan yang menarik perhatian anak”.
“Selain itu mungkin juga bisa menyasar POSYANDU remaja, tujuannya yakni agar para remaja ini dapat menyebarkan pemahaman dan kepedulian di lingkungan sekitar sehingga para ibu-ibu secara tidak langsung dapat teredukasi”, imbuhnya.
“kita mungkin bisa mengkreasikan cara agar ibu-ibu dapat berkumpul ke POSYANDU, sebagai contoh bisa memberikan balon atau mainan yang dimana hal ini biasanya diminati anak-anak”, tutur Parani selaku bintara Pembina desa (BABINSA) setempat.
Mantabbb. Pemuda harus berperan aktif untuk memajukan dan juga memberi inovasi
BalasHapusBermanfaat, semoga permasalahan stunting di desa bisa berkurang
BalasHapus